
JAKARTA - INDONESIA (ISL News) – Seperti diketahui memasuki tahun kedua (2023) Program Merger Pelindo 'mendapat amanah' dari pemerintah dengan tagline barunya yakni Pelindo sebagai Indonesia Maritime Gateway, yang dicanangkan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, pada Januari 2023 lalu.
Secara
arti kata tagline baru Pelindo itu bisa
diartikan bahwa Pelindo menjadi Pintu Gerbang Maritim Indonesia. Tagline baru ini
memperkuat posisi Pelindo dengan visi menjadi pemimpin ekosistem maritim
berkelas dunia.
Dalam hal
ini, Menteri Erick waktu itu menegaskan bahwa untuk membangun ekosistem harus
ada peran serta dari supply chain,
ekosistem di belakangnya (hinteland)
Pelindo yakni kawasan industri dan logistik yang terintegrasi dengan Pelabuhan.
Dengan demikian Pelindo akan menjadi perusahaan BUMN yang kompetitif, sehat dan
bisa bersaing secara global.
“Karena peran
logistik (pelabuhan-red) ini sangat penting untuk menopang perekonomian
Indonesia, ibaratnya (pelabuhan-red) ini menjadi nadinya perekonomian nasional,”
tegas Erick, saat pencanangan waktu itu.
Terkait dengan
visi Pelindo sebagai Indonesia Maritime Gateway, salah satunya sejalan dengan apresiasi
yang dikemukakan oleh Kepala Otoritas Pelabuhan (OP) Tanjung Priok. Bahwa saat Press Conference di Kantornya, pada
Agustus 2023 kemarin, Ka. OP Utama Tanjung Priok, Ir. Subagyo mengatakan, bahwa
Pelindo (sebagai Indonesia Maritime Gateway-red)
harus menerapkan digitalisasi layanan secara maksimal di semua lini khususnya
di layanan terminal operator petikemas.
“Bahwa pelabuhan
dalam hal ini Pelindo (sebagai pintu gerbang maritim Indonesia-red) itu
tepatnya ada di layanan terminal operator petikemas, di sini yang dilihat oleh perusahaan
pelayaran dunia, yakni ketika Kapal-kapal ocean
going yang sedang melakukan kegiatan bongkar muat kontener impor dan ekspor,
mulai dari kecepatan proses bongkar muat petikemas, terlebih adalah berkenaan
dengan isi atau muatan kontener apakah sudah sesuai dengan dokumen atau tidak,”
ungkap Subagyo.
Kalau
pemeriksaan isi kontener masih lebih banyak dilakukan secara manual, maka butuh
waktu lama, dari pergerakan petikemas ekspor, sejak sedari pintu gerbang
terminal petikemas menuju dermaga hingga naik ke atas kapal.
Untuk itu,
kata Subagyo, pihaknya (Kantor Otoritas PelabuhanTanjung Priok-red) tengah
menjajaki untuk menerapkan program HI-CO SCAN X-RAY SYSTEM yakni alat pemindai kontener dengan resolusi tinggi. “Alat HI-CO SCAN ini menjadi kebutuhan yang
harus segera ada di seluruh terminal petikemas ekspor dan impor (yang saat ini
dalam pengelolaan PT Pelindo (Persero) di seluruh Indonesia,” ungkap Subagyo.
Di Pelabuhan
Tanjung Priok, kata Subagyo, HI-CO SCAN baru ada di Terminal Graha Segara. “Dan satu lagi masih dalam proses implementasi
yakni HI-CO SCAN yang dikelola PT Multi
Terminal Indonesia (MTI) Multi SCM. Penerapan alat ini oleh MTI masih ‘terganjal’
oleh tarif (struktur tarif) yang akan dibebankan kepada pemilik barang,” ungkap
Subagyo.
Kalau HI-CO SCAN di MTI sudah beroperasi
maka di Pelabuhan Tanjung priok sudah ada dua unit alat HI-CO SCAN .
Minimal 5
Unit Alat
Bicara alat HI-CO SCAN ini saat ini menjadi kebutuhan, karena menurut Subagyo, hal itu sealan dengan PT Pelindo (Persero) yang sudah merger, dimana pada 1 Oktober 2023 besok sudah memasuki tahun ke-2, maka minimal untuk tahun ini (2023) sudah punya 5 unit alat HI-CO SCAN .
“Lima unit HI-CO SCAN itu harus sudah dimiliki oleh terminal petikemas di pelabuhan utama,
seperti di Pelabuhan Belawan Medan, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pelabuhan Makassar.
Dan sebenarnya tidak terlalu sulit untuk pengadaan alat ini. Karena posisi Pelindo
sudah merger, sehingga sangat mudah dalam pengambilan keputusan. Berbeda ketika
Pelindo masih terdiri dari 4 badan usaha Perseroan,” Ujarnya.
Sebagai
gambaran, untuk Pelabuhan Singapura saat ini sudah memiliki 50 unit HI-CO SCAN . “Kemudian Pelabuhan Tanjung Pelepas, juga sudah memiliki 20 Unit. Maka untuk
Pelabuhan Indonesia, biss menjadi kebutuhan, agar layanan petikemas ekspor dan
impor itu berstandar dunia,” ungkapnya.
Dijelaskan,
untuk investasi alat HI-CO SCAN ini
berkisar diangka Rp. 60 Miliar hingga Rp. 70 Miliar. “Biaya ini dari mulai proses pembelian
atau pengadaan alat hingga pengoperasiannya,” Kata Subagyo.
Dan yang terpenting
lagi, kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang dapat mengoperasikan alat HI-CO SCAN tersebut juga sudah harus
disiapkan. “Dan sebagai gambaran bahwa alat ini beroperasi secara terus menerus
selama 24 jam, dan dari kinerja alat
ini, dalam 1 (satu) jam dapat membaca atau mendeteksi lebih dari 200 item. Dan
tentunya alat ini perlu petugas yang benar-benar punya skill yang bagus,” jelasnya.
(Seftiana
Dewi /Redaksi ISL News TV/email:islnewstv@gmail.com).