KALIMANTAN (ISL News) – PT Pelindo Solusi Logistik atau SPSL yang merupakan subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) bersama anak-anak perusahaannya kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung penurunan emisi karbon dan konservasi ekosistem pesisir secara berkelanjutan dengan melaksanakan rehabilitasi mangrove sebanyak 44.000 bibit di pesisir Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah.
Menyadari
akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove, SPSL Group berinisiasi untuk
melaksanakan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau TJSL di bidang
lingkungan salah satunya melalui program rehabilitasi mangrove.
"Penanaman
bibit mangrove hari ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebagai
representasi dari aksi nyata SPSL Group dalam mendukung program rehabilitasi kawasan
mangrove sehingga dapat memberikan banyak dampak positif, salah satunya melindungi
dari abrasi air laut, dan dapat menurunkan emisi karbon sebagai upaya dalam
pemenuhan Sustainable Development Goals
(SDGs)," ujar Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Pelindo Solusi
Logistik Retno Soelistianti yang hadir pada acara penanaman mangrove ini (29/8).
Menurutnya,
sasaran kegiatan rehabilitasi mangrove ini tidak hanya sebagai penyerap karbon,
tapi juga sebagai pemulihan ekosistem, peningkatan kualitas habitat, penyuluhan
dan partisipasi masyarakat, pengendalian erosi dan mitigasi bencana,
peningkatan keanekaragaman hayati, dan memastikan kegiatan rehabilitasi
mangrove diikuti dengan upaya pengelolaan berkelanjutan yang meliputi
pengawasan, pemantauan kondisi hutan mangrove, dan pengembangan rencana
tindakan jangka panjang untuk menjaga kelestariannya.
Turut
hadir pada seremonial penanaman bibit mangrove Wakil Bupati Mempawah, H.
Muhammad Pagi, S.H.I, M.M., Kepala Seksi Penguatan Kelembagaan DAS, Tri Wibowo,
S.Sos, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Setiyo Haryani,
S.Hut.M.Env., Kepala UPT KPH Mempawah, Usuludin. S.Hut., M.Hut., Direktur
Keuangan dan SDM SPSL, Roy Leonard, General Manager Pelindo Regional 2 Pontianak,
Hambar Wiyadi, Para Dosen Lab Terpadu Universitas Tanjungpura Pontianak, Direksi
Anak Perusahaan SPSL dan rekan-rekan Mempawah Mangrove Conservation (MMC).
Wakil
Bupati Mempawah, H. Muhammad Pagi, S.H.I, M.M. menyampaikan bahwa saat ini luas
hutan mangrove yang ada di Kalimantan Barat seluas 176.454,63 Ha, kemudian
untuk Kabupaten Mempawah memiliki hutan mangrove seluas 2928,89 Ha dengan garis
pantai sepanjang 89 km. Di sisi lain di bagian utara saat ini tercatat seluas
483,57 Ha di Kecamatan Mempawah Hilir.
“Kami
atas nama pemerintah Kabupaten Mempawah sangat menyambut baik kegiatan ini dan
mengucapkan terima kasih kepada SPSL Group yang telah berkomitmen membantu
Pemerintah melakukan rehabilitasi mangrove, dan kami berharap kegiatan
rehabilitasi mangrove ini bukan hanya sekedar mengurangi abrasi tetapi juga
dijadikan wisata yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dengan pengelolaan
yang baik,” ujar H. Muhammad Pagi.
Sejalan
dengan itu, pemerintah Kabupaten Mempawah melalui Bidang Teknis Tata Ruang
Bidang PUPR telah melakukan penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTL)
Kecamatan Mempawah Hilir termasuk pesisir Desa Pasir dijadikan koridor
konservasi mangrove dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat.
Dalam
Program Penanaman Mangrove ini, SPSL dan Anak Perusahaan yakni PT Multi
Terminal Indonesia, PT Akses Pelabuhan Indonesia, PT Menara Maritim Indonesia,
PT Prima Indonesia Logistik, dan PT Prima Pengembangan Kawasan berkolaborasi
dengan Mempawah Mangrove Conservation (MMC) yang membawahi pegiat mangrove di
wilayah Mempawah. Penanaman bibit mangrove berjenis rizhoporha stylosa (bakau jangkar) ini dilakukan dengan teknik Organic Coastal Defence (OCD) dengan
luasan kurang lebih 8 hektar.
Ketua
MMC, Raja Fajar menambahkan, Teknik OCD yang digunakan ini merupakan hybrid
engineering yang dikembangkan oleh MMC bersama Lab Terpadu Universitas
Tanjungpura Pontianak. OCD adalah bangunan struktur pengaman Pantai organik yang
akan melindungi anakan mangrove dalam 2 (dua) tahun masa penanaman, dan
meningkatkan keberhasilan penanaman mangrove serta akan berdampak kepada
perluasan hutan mangrove di wilayah pesisir.
“Dengan
menggunakan OCD, diperkirakan tingkat kehidupan mangrove mengalami peningkatan dan
terbukti setelah dilakukan penelitian dan observasi semenjak tahun 2022 oleh
kelompok MMC, OCD memberikan manfaat sesuai yang diharapkan. Tingkat
keberhasilan mangrove yang hidup mencapai 80 sampai dengan 90 persen, lumpur di
lokasi tanam menjadi solid dan cepat mengeras akibat terperangkap oleh struktur
bangunan mud trap,” ujar Raja Fajar.
"Inisiatif
ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung dan mewujudkan pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan,
serta sebagai salah satu Upaya untuk menyikapi perubahan iklim, menjaga
kelestarian ekosistem mangrove demi menjaga lingkungan, serta menyukseskan
program pemulihan ekonomi nasional,” tutup Retno.
(Redaksi ISL News/Corcom SPSL/email:islnewstv@gmail.com)