JAKARTA (ISL News) – Turut bicara sebagai panelis pada gelar
International Safety@Sea Conference yang digelar oleh Maritime and Port
Authority of Singapore (MPA) sejak 29 Agustus sampai 2 September 2022
mendatang, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha menegaskan komitmen
Indonesia dalam menjaga dan mewujudkan keselamatan pelayaran.
“Menyuplik jargon konferensi ini, keselamatan
dimulai dari diri sendiri, benar keselamatan dimulai dari kita semua, dimulai
dengan kolaborasi yang baik (antar negara),” tegas Dirjen Arif saat berbicara
pada Opening Session Konferensi tersebut secara virtual pada, Selasa (30/8).
Pada kesempatan tersebut, Dirjen Arif juga
mengemukakan dampak signifikan yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 terhadap
aspek keselamatan transportasi laut, khususnya bagi Pelaut yang merupakan
faktor kunci kelaiklautan kapal. Menurut Arif, pembatasan dalam proses
penggantian kru yang terjadi pada masa Pandemi, menyebabkan Pelaut yang
terdampar mengalami kelelahan yang berlebihan.
“Repatriasi atau pergantian awak kapal
menjadi prioritas utama bagi Indonesia. Kami (pihak yang berwenang) menerapkan
Langkah-langkah yang relevan untuk memungkinkan para Pelaut yang terdampar
dapat dipulangkan dan digantikan oleh Pelaut lain. Kami juga memastikan akses
Pelaut untuk mendapatkan perawatan medis dan kebutuhan mendesak lainnya,”
terang Dirjen Arif.
Arif mengungkapkan, bahwa tahun 2021
Indonesia menyediakan 11 (sebelas) Pelabuhan di Indonesia untuk kegiatan
repatriasi, yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Balai Karimun, Batam, Merak,
Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, Bitung, Ambon, Benoa, dan Sorong.
Jumlah ini, lanjutnya meningkat pada tahun 2022, di mana tahun ini semua
Pelabuhan dapat digunakan untuk proses pergantian dan pemulangan awak kapal.
“Sejak Januari 2021 hingga Mei 2022,
Indonesia telah membantu proses pergantian dan pemulangan lebih dari 5.600
orang Pelaut,” ungkapnya.
Arif menekankan bahwa Indonesia selalu
mengikuti peratoran yang ditetapkan dan protokol Kesehatan World Health
Organization (WHO) dalam hal pemberian bantuan medis dan penanganan kegiatan
pergantian awak kapal, baik bagi awak kapal WNI maupun WNA.
Arif menambahkan, pihaknya juga mengeluarkan
beberapa aturan khusus selama Pandemi, antara lain adalah Surat Edaran No. 11
Tahun 2020 tentang Rencana Kontijensi Pelaut dan Pemilik Kapal/Operator Akibat
Covid-19 untuk mengatasi isu terkait masa berlaku Dokumen Pelaut. Lebih lanjut,
ada juga Surat Edaran No.13 Tahun 2020 tentang Pembatasan Penumpang Pelayanan
Kapal, Angkutan, dan Pelabuhan dalam Keadaan Darurat Penaggulangan Bencana
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
“Kami terus mengupdate dan mengkomunikasikan
aturan-aturan ini dengan IMO, sehingga masyarakat maritim dapat mengetahui
tentang aturan tersebut. Yang terbaru, kami juga mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 83 Tahun 2022 tentang Pedoman Perjalanan Dalam Negeri Orang Menggunakan
Moda Transportasi Laut Selama Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang
diterbitkan pada tanggal 26 Agustus ini,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen Arif juga
menyoroti bagaimana elemen manusia seperti pasokan awak kapal, pelatihan,
Kesehatan dan kesejahteraan menjadi faktor yang paling penting pada masa
Pandemi Covid-19.
Arif beranggapan, sejak dulu faktor manusia
sudah menjadi faktor yang sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap aspek
keselamatan di laut, di mana banyak unsur yang harus dipenuhi dengan baik
seperti penyediaan awak kapal yang harus dipastikan tersedia dengan kualifikasi
dan pelatihan yang memadai, kesehagan yang baik, serta kondisi mental dan
kesejahteraan yang baik. Hal ini menurutnya penting untuk memastikan setiap
awak kapal dapat menjalankan tugas dengan maksimal di atas kapal.
Namun demikian, Pandemi Covid-19 memunculkan
beberapa tantangan baru yang harus dihadapi, seperti misalnya berkurangnya
ketersediaan anggota awak kapal karena terbatasnya lokasi pergantian awak dan
pembatasan perjalanan antar negara, terbatanya Pendidikan dan Pelatuhan bagi Pelaut
dan awak kapal karena situasi pandemi yang tidak memungkinkan pertemuan fisik
sedangkan pengajaran jarak jauh masih belum familiar, serta aturan ketat
seperti karantina selama jangka waktu tertentu untuk memastikan awak kapal yang
akan naik dan turun kapal dalam keadaan sehat.
“Pelaut merupakan pekerja kunci dalam
pelayaraan sehingga penting bagi sektor Industri untuk membuat pengaturan yang
fleksibel pada struktur manajemen kapal yang ada. Terlebih lagi, selama
beberapa tahun terakhir, Pelaut telah menghadapi keadaan luar biasa dan perlu
didukung dan dijadikan prioritas baik saat ini maupun di masa depan,” tegas
Dirjen Arif.
Dirjen Arif menjelaskan salah satu upaya
untuk menghadapi tantangan yang ada, antara lain dengan menyelenggarakan
program vaksinasi Covid-19 gratis pada tahun 2021 untuk mendukung kegiatan
pelayanan kepelabuhanan dan angkutan laut, baik logistik maupun penumpang untuk
memberikan perlindungan dari risiko penyebaran Covid-19.
“Kegiatan vaksinasi ini diprioritaskan untuk
Pelaut, Pekerja Bongkar Muat/Buruh Bongkar Muat (TKBM), pengemudi truk,
penumpang kapal, pekerja Pelabuhan, serta masyarakat di sekitar Pelabuhan,”
terang Arif.
Lebih lanjut, Dirjen Arif juga mendorong
sektor pelayaran untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi untuk dapat membuat
perubahan bertahap guna meningkatkan kehidupan di laut bagi Para Pelaut,
misalnya dengan meningkatkan digitalisasi dan mempercepat pelayanan di
Pelabuhan.
Koneksi yang lebih baik dan akses ke WIFI on
board menurut Arif juga sangat penting untuk ditingkatkan karena dapat membantu
para Pelaut untuk merasa terhubung saat mereka berada di laut untuk jangka
waktu yang lama sehingga tidak merasa kesepian. Koneksi ini juga membantu dalam
penyediaan akses ke modul e-learning bagi Para Pelaut.
Dirjen Arif beranggapan, gaya hidup saat
berada di atas kapal merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan
Pelaut. Oleh karenanya, makanan bergizi serta memiliki tenaga kerja yang
positif dan terhubung dapat mendukung terciptanya kebahagiaan yang lebih besar
di laut.
“Digitalisasi sudah terjadi di seluruh
Industri, untuk itu kita harus siap untuk mendukung para Pelaut yang tentunya
perlu dilatih untuk menggunakan teknologi baru ini, serta menganalisis dan
meninjau data-data yang tersedia. Selain itu diperlukan orang-orang
berpengalaman dan berbakat, yang akan tetap menjadi pusat dari kemajuan
Industri yang aman dan efektif, sehingga penting bagi industry pelayaran untuk
membangun platform e-learning dan prosedur pelatuhan yang baru untuk mendukung
perubahan yang terjadi dalam industry,” tutup Dirjen Arif.
Sebagai informasi, International Safety@Sea
Conference 2022 diselenggarakan oleh MPA Singapore tanggal 29 Agustus s.d 2
September 2022. Konferensi ini adalah edisi ke-9 dari platform tahunan yang
diselenggarakan bagi anggota komunitas maritime internasional dan
praktisi-praktisi top dunia untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik, serta
mendiskusikan tantangan dan peluang baru bagi keselamatan pelayaran. Adapun
tema yang diangkat pada Konferensi tahun ini adalah “Riding the Waves for
Maritime Safety”.
International Safety@Conference
dibuka oleh Senior Minister of State Ministry of Finance & Ministry of
Transport Singapore, Mr. Chee Hong Tat dan menghadirkan para perwakilan 3
(tiga) administrasi maritim untuk Selat Malaka dan Singapura serta stakeholder
terkait sebagai panelis, antara lain Chief Executive MPA Singapore, Ms Quah Ley
Hoon, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha, Director General Marine
Department Malaysia, Dato’ Hj Baharin bin Dato’ Abdul Hamid, The Nautical
Institute President, Capt. Andre L LeGoubin, Vice Chair International Chamber
of Shipping Ms Caroline Yang, serta Vice President Head of Environmental Claims
Gard AS, Mr. Andreas Brachel. Turut hadir pada kegiatan tersebut Atase
Perhubungan RI untuk Singapura, Capt. Diaz Saputra.
(Redaksi ISL News/Humas HUBLA/email;islnewstv
@gmail.com).