JAKARTA TANJUNG PRIOK - Sebenarnya TKBM Tanjung Priok sudah banyak mengalah, misalnya masalah sistem gang buruh, seperti di terminal petikemas, tak lagi menggunakan 12 orang, melainkan 9 orang.
“Di kegiatan curah, bahkan 1 gang (12 orang) dipakai
untuk 3 sheef. Jadi per sheef nya hanya 4 orang buruh. Mereka tetap diperlukan
untuk membersihkan bongkaran yang tercecer di bibir dermaga,” ungkap Asep.
Di NPCT1 juga, kata Asep, disana ada dua pengelola buruh, dan
kegiatannya dilakukan secara bergantian, dan tidak masalah. Karena itu, ucap
Asep, sewaktu salah satu deputi Kemenko Marvest datang ke pelabuhan Priok, dan
ditunjukkan bagaimana kinerja TKBM, langsung menyatakan jika pelabuhan masih
butuh TKBM.
“Mungkin ada di beberapa pelabuhan yang kegiatan barangnya
dilakukan tanpa buruh, namun harus tetap membayar uang buruh, misalnya kegiatan
CPO melalui pipa, dan barang yang menggunakan conveyor. Kami juga setuju jika
tidak ada buruhnya ya tak perlu bayar,” jelas Asep kepada Pers.
Asep juga menyampaikan kalau pengelola tkbm siap
melakukan perubahan internal, dan menyesuaikan perkembangan jaman.
Makanya, ungkap Asep, jika tkbm tak diperlukan lagi di
pelabuhan, pihaknya siap-siap saja, dan akan melakukan berhenti kerja sehari
saja. “Kami ingin tau, apakah TKBM masih dibutuhkan atau nggak,”Ungkap Asep. (***)