Iklan Top Header PT BKI (Persero)


 

terkini

Refleksi 51 Tahun SUPERSEMAR

13/03/17, 09:34 WIB Last Updated 2019-09-18T13:45:47Z
Titiek Sohertao beserta almarhum Jenderal Besar Soeharto. (Foto: dok.titieksoeharto.com)
Setelah sukses mengemban amanat Supersemar, Pak Harto membangun Indonesia menuju masyarakat sejahtera dan mandiri di era tinggal landas. 

Namun, pembangunan dan cita-citanya harus terhenti, akibat krisis ekonomi dunia yang berimbas ke Indonesia pada 1997. Indonesia dilanda krisis ekonomi dan multi-dimensional, sehingga demi seluruh rakyat Indonesia, Pak Harto memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. 

“Saya masih ingat suatu malam, satu hari sebelum beliau mengundurkan diri, Bapak memanggil kami putra-putrinya. Beliau berkata, ‘besok saya akan berhenti sebagai Presiden’,” kenang Titiek Soeharto, dalam sambutan peringatan 51 tahun Supersemar di Masjid At-Tin.

Saat itu, lanjut Titiek, seluruh anak-anak Pak Harto menanyakan, apakah memang Bapak (Pak Harto -red) sudah siap untuk berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia. 

“Beliau hanya mengatakan bahwa, sejarah akan membuktikan apa yang telah Bapak dan Ibumu lakukan untuk bangsa ini,” kata Titiek.

Kini, setelah hampir 20 tahun reformasi berjalan, tidak membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Kesenjangan antara si miskin dan si kaya semakin jauh. Dekomrasi kebablasan dan setiap orang bisa berkata dan berbuat seenaknya tanpa mengindahkan norma-norma yang ada.

Menurut Titiek, keadaan itu ternyata menimbulkan ketidak-nyamanan di berbagai tempat, sehingga sekarang banyak rakyat mulai berkata, ‘Enak Zaman Pak Harto’. 

“Akhirnya ingatan saya kembali pada kata-kata Pak Harto waktu itu, bahwa sejarah akan membuktikan apa yang sudah Bapak dan Ibu perbuat untuk bangsa ini. Begitu banyak rakyat saat ini yang rindu dan mendoakan Pak Harto,” kata Titiek.

Karena itu, lanjut Titiek, ia mengajak semua rakyat untuk melanjutkan perjuangan Pak Harto dalam membangun dan menyejahterakan bangsa Indonesia. Mengembalikan kinerja demokrasi yang kebablasan itu, seraya berdoa dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar diberi kekuatan lahir batin dalam menghadapi cobaan, dijauhkan dari malapetaka dan rakyat segera diangkat dari kemiskinan dan kebodohan.(CDN)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Refleksi 51 Tahun SUPERSEMAR

Terkini

Topik Populer