JAKARTA (ISL News) - Forum Wartawan Maritim Indonesia (Forwami) menggelar Media Gathering & Lunch Talk bersama manajemen PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), pada Selasa (16/12/2025), di Jakarta.
Dalam sambutannya Ketua Forwami Hoddy Sitanggang menyampaikan bahwa kegiatan yang bertemakan "Kinerja SPTP 2025 dan Arah Strategis 2026: Memperkuat Daya Saing Terminal Petikemas Nasional" ini bertujuan memperkuat komunikasi yang terbuka dan konstruktif antara media dan manajemen SPTP.
Menurutnya, forum ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih utuh kepada wartawan mengenai transformasi dan peran strategis SPTP dalam mendukung ekosistem logistik nasional.
Sementara itu, Corporate Secretary SPTP Widyaswendra menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan media gathering yang diinisiasi Forwami serta dukungan pemberitaan yang selama ini diberikan dalam mendorong efisiensi logistik nasional.
“Kami bersyukur dapat mendukung kegiatan ini dan berterima kasih atas peran Forwami dalam menyampaikan informasi yang konstruktif terkait upaya peningkatan efisiensi logistik, sejalan dengan peran dan tanggung jawab SPTP,” ujarnya.
Sebagai bagian dari pengelola pelabuhan nasional, SPTP menegaskan komitmennya untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan ongkos logistik nasional melalui peningkatan efisiensi layanan kepelabuhanan dan penguatan ekosistem logistik, khususnya di kawasan Indonesia Timur.
Pelindo Terminal Petikemas, lanjut Widyaswendra, mendukung seluruh kebijakan dan program pemerintah yang diarahkan untuk memperbaiki kinerja logistik Indonesia. Ia menyoroti bahwa salah satu persoalan mendasar logistik nasional masih terletak pada ketidakseimbangan muatan, terutama pada jalur Indonesia Barat–Indonesia Timur.
“Arus barang dari Indonesia Barat ke Timur umumnya penuh, namun saat kembali, tingkat keterisian hanya sekitar 30 persen. Ketimpangan ini berdampak langsung pada tingginya ongkos logistik,” jelasnya.
Menurut Widyaswendra, terdapat tiga kunci utama yang perlu terus didorong untuk menurunkan ongkos logistik, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Pertama, peningkatan konsumsi masyarakat melalui tumbuhnya aktivitas ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kedua, peningkatan arus ekspor dan impor. Ketiga, masuknya investasi yang berkelanjutan. “Jika tingkat keterisian muatan meningkat, maka ongkos logistik akan turun secara alami,” katanya.
Ia menegaskan bahwa SPTP secara konsisten telah melakukan berbagai langkah konkret untuk mendukung target pemerintah menurunkan ongkos logistik sebagaimana tertuang dalam kebijakan nasional. “Berbagai upaya telah kami lakukan untuk mendukung penurunan ongkos logistik” ungkap Widyaswendra.
Sebagai contoh, Widyaswendra mengemukakan kinerja Terminal Petikemas Semarang (TPKS) yang kemungkinan pada akhir tahun 2025 ini untuk pertama kalinya berhasil mencatatkan throughput 1 juta TEUs. Pencapaian tersebut, menurutnya, merupakan hasil dari langkah antisipatif SPTP dalam meningkatkan kapasitas terminal secara menyeluruh, mulai dari penguatan infrastruktur, penambahan dan modernisasi peralatan, pengembangan sistem operasi, hingga peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
“Upaya ini terbukti efektif ketika Jawa Tengah menjadi salah satu tujuan utama investasi yang membutuhkan dukungan pelabuhan yang andal untuk kegiatan ekspor dan impor,” ujarnya.
Selain fokus pada peningkatan kapasitas terminal, SPTP juga menunjukkan komitmen sosial melalui dukungan kepada pelaku UMKM berorientasi ekspor. Dukungan tersebut diwujudkan melalui program pelatihan sertifikasi kelayakan kayu sebagai bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), guna meningkatkan daya saing produk UMKM di pasar global.
Dengan pendekatan yang menyeluruh—mulai dari efisiensi operasional, penguatan kapasitas, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat—Pelindo Terminal Petikemas optimistis dapat berkontribusi nyata dalam membangun sistem logistik nasional yang lebih efisien, berimbang, dan berdaya saing.
Transformasi Operasional dan Digitalisasi Terminal
Pada sesi pemaparan, Widyaswendra juga menyampaikan bahwa di tengah tantangan global berupa perlambatan ekonomi dunia, ketidakpastian geopolitik, serta dinamika kebijakan global, sektor petikemas Indonesia tetap menunjukkan resiliensi.
“Pada 2025, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan berada di kisaran 3 persen. Namun, volume petikemas di Indonesia masih tumbuh sekitar 5 persen. Ini menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus dijawab dengan peningkatan kinerja dan kapasitas pelabuhan nasional,” ujarnya.
SPTP secara konsisten melakukan transformasi operasional pada 32 terminal petikemas serta digitalisasi dan sistemisasi di 15 terminal. Transformasi ini didukung oleh penguatan people, process, dan technology, termasuk penerapan perencanaan dan pengendalian berbasis operation model. Hasilnya, kinerja terminal meningkat, kualitas layanan membaik, dan waktu sandar kapal (port stay) semakin efisien.
Selain itu, SPTP juga merencanakan elektrifikasi 73 unit peralatan utama dan pendukung, sebagai bagian dari upaya peningkatan efisiensi energi dan pengurangan emisi, sejalan dengan arah kebijakan keberlanjutan perusahaan.
Ekspansi Bisnis dan Penguatan Konektivitas
Dalam rangka memperkuat konektivitas logistik nasional dan internasional, SPTP telah membuka 37 rute pelayaran baru, baik domestik maupun internasional. Perusahaan juga memperluas sinergi dan kemitraan strategis, antara lain melalui kerja sama investasi dan operasional Belawan New Container Terminal (BNCT) serta kolaborasi dengan berbagai mitra industri.
“Pelabuhan tidak lagi sekadar titik bongkar muat, tetapi harus berperan sebagai gateway ekspor-impor dan pusat transshipment internasional,” katanya. Strategi ini sejalan dengan arah pembangunan nasional untuk menurunkan biaya logistik hingga 8 persen terhadap PDB pada 2045 serta meningkatkan kontribusi sektor maritim terhadap perekonomian nasional .
Kinerja Arus Petikemas Tumbuh Positif
Dari sisi kinerja, hingga November 2025, arus petikemas Pelindo Group tercatat mencapai 17,95 juta TEUs, tumbuh sekitar 5 persen secara year-on-year, dengan realisasi mendekati target RKAP 2025. Kontribusi terbesar berasal dari SPTP Group dengan porsi sekitar 68 persen dari total arus petikemas Pelindo Group.
Arus petikemas domestik masih mendominasi dengan porsi sekitar 67 persen, mencerminkan kuatnya pergerakan logistik antarpulau. Sementara itu, arus petikemas internasional tetap menunjukkan tren pertumbuhan yang positif sebagai indikator meningkatnya daya saing pelabuhan nasional di pasar global .
Roadmap Peralatan dan Pengembangan Infrastruktur
Untuk mengantisipasi pertumbuhan jangka menengah dan panjang, SPTP telah menyusun roadmap pengembangan peralatan petikemas periode 2026–2030, termasuk pengadaan dan optimalisasi Quay Container Crane (QCC) dan Rubber Tyred Gantry (RTG) di berbagai terminal strategis. Secara bertahap, puluhan unit QCC dan RTG akan dioperasikan untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat.
Di sisi infrastruktur, SPTP menjalankan berbagai proyek pengembangan, antara lain perluasan dan konversi dermaga di Tanjung Emas, pengembangan kawasan Tanjung Perak, serta pembangunan dan reconfigurasi terminal di wilayah Indonesia Timur. Langkah ini bertujuan memastikan kesiapan kapasitas terminal dalam mendukung pertumbuhan arus petikemas nasional.
Hub Port
SPTP juga menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan terminal petikemas seiring menguatnya kinerja ekonomi nasional dan meningkatnya arus logistik.
SPTP menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tidak hanya ditopang oleh kuatnya konsumsi domestik masyarakat, tetapi juga oleh program hilirisasi sejumlah komoditas di kawasan timur Indonesia yang kini mulai menunjukkan hasil nyata. Dampaknya, kinerja terminal-terminal petikemas, khususnya di wilayah tersebut, mengalami peningkatan signifikan.
“Program hilirisasi di Indonesia Timur sudah mulai memberikan kontribusi terhadap arus petikemas. Ini menjadi sinyal positif bagi kami untuk terus meningkatkan kapasitas terminal dan memastikan standar layanan yang seragam,” ujar Widyaswendra.
Merespons dinamika tersebut, SPTP menegaskan langkah strategis perusahaan untuk meningkatkan kapasitas terminal secara berkelanjutan, termasuk melalui elektrifikasi peralatan bongkar muat. Upaya ini diarahkan untuk menekan biaya operasional sekaligus meningkatkan efisiensi dan produktivitas terminal.
Namun demikian, SPTP juga mengakui bahwa untuk mewujudkan ekosistem logistik 24 jam (24/7) secara penuh, masih diperlukan dukungan dari seluruh rantai logistik, termasuk kesiapan gudang (warehouse) dan angkutan truk (trucking). “Semua ini berproses. Pada akhirnya, ekosistem logistik yang saling mendukung akan terbentuk secara bertahap,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, SPTP menegaskan bahwa peningkatan performa terminal dilakukan secara holistik, tidak hanya berfokus di Indonesia Barat, tetapi juga di Indonesia Timur. Secara year-on-year (YoY) tahun 2025, SPTP mencatat peningkatan throughput sekitar 10 persen untuk rute internasional, yang mencerminkan semakin kuatnya peran terminal petikemas nasional dalam mendukung perdagangan luar negeri.
Menjawab pertanyaan terkait kesiapan SPTP mengelola Hub Port, perusahaan menyatakan siap menjalankan penugasan tersebut karena ini adalah cita-cita nasional untuk mewujudkan Terminal Petikemas yang bersaing dengan Terminal Petikemas modern di dunia karena letak strategis Kepulauan Indonesia serta terus berkembangnya Ekonomi di Asia Pasifik.
“Intinya, SPTP terus melakukan berbagai inovasi untuk mengantisipasi peningkatan arus bongkar muat. Standarisasi layanan di seluruh terminal menjadi langkah penting yang terus kami dorong, termasuk pengoperasian peralatan bongkar muat berkapasitas besar seperti QCC super post-Panamax,” pungkasnya.
(Redaksi ISL News/Email: redaksiislnewstv@gmail.com).
























