
JAKARTA (ISL News) – PT Pelindo Solusi Logistik atau SPSL yang merupakan subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) bersama anak perusahaan kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung pelestarian alam dan menjaga warisan budaya Indonesia secara berkelanjutan dengan melaksanakan penanaman 1.700 bibit pohon pewarna alam (batik) langka.
“Kurangnya edukasi dan informasi di kalangan masyarakat
menyebabkan keberadaan tanaman pewarna alam menjadi langka. Hal ini yang
mendorong kami untuk melaksanakan program penanaman dan pelestarian tanaman
pewarna alam (batik) langka dan memberikan edukasi kepada masyarakat setempat,
dan secara bertahap diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang mandiri dan
sejahtera,” ujar SVP Sekretariat Perusahaan SPSL Kiki M. Hikmat.
Kiki menambahkan, program ini merupakan langkah konkret SPSL Group
yang berkomitmen untuk melaksanakan program berdasarkan pendekatan adaptasi dan
mitigasi aspek Environmental, Social, dan Governance (ESG), serta sebagai
pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu penanganan perubahan iklim
dan menjaga ekosistem darat.
Program Tanam Pohon ini merupakan bagian dari Program Tanggung
Jawab Sosial (TJSL) Bidang Prioritas Lingkungan yang dilaksanakan oleh SPSL
bersama anak perusahaan dan berkolaborasi dengan Kelompok Tani Desa Dusun
Gempol dan Yayasan Pemuda Konservasi Indonesia yang berlokasi di Dusun Gempol,
Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dengan
jenis tanaman indigofera strobilantes, swietenia mahagoni, dan terminalia
cattapa.
Sebagai informasi, jenis tanaman indigofera strobilantes merupakan
bahan warna alam batik yang menghasilkan zat warna biru, sedangkan swietenia
mahagoni menghasilkan zat warna coklat, dan terminalia cattapa menghasilkan zar
warna kuning kecoklatan.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian mencatat, ekspor batik
Indonesia mencapai 2.117 ton dengan nilai US$35,46 juta pada 2021. Jumlah
tersebut tumbuh 21,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 1.745
ton dengan nilai US$28,01 juta. Dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik
tahun 2021, rerata impor zat warna sintetik selama 5 tahun terakhir mencapai
lebih dari 42.000 ton/tahun.
Sejalan dengan itu, SPSL mengajak dan mendorong masyarakat untuk
melakukan budidaya tanaman pewarna alami serta memanfaatkan sumber daya alam
yang ada untuk penggunaan pewarna alami untuk menambah nilai produk lokal. Hal
ini dikarenakan, penggunaan pewarnaan alami lebih ramah lingkungan, renewable,
biodegradable, serta unik.
Simon selaku Ketua Kelompok Tani Dusun Gempol mengapresiasi
langkah SPSL Group dalam program Tanam Pohon. Menurutnya, program ini sangat
tepat dilakukan untuk menjaga ekosistem dan kelestarian lingkungan.
“Kami mengucapkan terima
kasih kepada SPSL Group atas program dan kepercayaannya kepada kami. Bentuk
kemitraan dan kolaborasi ini sangat membantu kami dalam pelestarian lingkungan,
mengedukasi masyarakat, dan mampu meningkatkan SDM kelompok pembatik warna
alam,” ujar Simon.
Program Tanam Pohon ini bertujuan untuk melestarikan tanaman
pewarna alam langka, memberikan edukasi dan informasi tentang tanaman pewarna
alam langka, mencetak generasi yang kreatif, inovatif, dan konservatif,
mencegah kepunahan tanaman pewarna alam di Indonesia, serta meningkatkan SDM
yang mandiri dan sejahtera.
(Redaksi ISL News/Corcom SPSL/email:islnewstv@gmail.com).