Para
seniman berunjuk rasa untuk meminta agar Bupati Pati memberikan izin
bagi mereka untuk pentas. Bupati Pati tidak mau menemui para seniman.
Foto-foto : Wisnu. |
Para seniman ini mengklaim bahwa izin
pentas yang diberikan oleh Pemkab Pati ini terkesan pilih kasih,
lantaran ada izin lain seperti pasar, cafe karaoke, tempat prostitusi
(Lorong Indah/LI) yang selama ini dibuka tanpa ada upaya penutupan oleh
Pemkab Pati.
Selain orasi, para seniman menggelar aksi doa dan tumpengan. |
Ratusan
masa dari seniman yang datang di halaman pendopo sebelumnya melakukan
doa bersama di alun-alun Kota Pati sebelum melakukan audensi dengan
pihak Pemerintah Daerah (Pemda) yang diwakili Kepala Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi dan Kepala
Kesbangpol, hanya saja dari hasil pertemuan tersebut para seniman
menganggap tidak membawakan hasil.
Para
seniman yang kecewa langsung mendesak kepada Bupati Pati Haryanto untuk
bertemu, hanya saja hal itu tidak membawakan hasil lantaran Bupati tidak
mau menemui.
"Pak Bupati, kami ini rakyatmu,
kami butuh solusi, jangan matikan mata pencaharian kami," tegas salah
satu orator di halaman kantor Bupati.
Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati Winarto saat audensi di
ruang Joyo Kusumo mengatakan bahwa boleh melakukan pentas tapi secara
virtual, dan untuk penonton juga harus dibatasi, termasuk izin juga
harus disampaikan ke dinas terkait.
"Boleh melakukan pentas, tapi harus virtual, dan penonton juga harus dibatasi, karena ini masih masa pandemi," jelasnya.
Para
seniman yang tidak menerima hasil audensi tetap menunggu di halaman
pendopo sampai Bupati mengizinkan untuk bertemu, hanya saja sampai
berjam-jam menunggu masih tidak membuahkan hasil.
Masa
pun mengancam akan melakukan aksi susulan dengan strategi yang lebih
baik apabila izin pentas yang diharapkan itu tidak direspon.(WIS)