
BELAWAN (ISL News) – PT Prima Multi Terminal bersama Pelindo Regional 1 dan PT Prima Pengembangan Kawasan menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Kesiapan Pelabuhan Kuala Tanjung dalam Rangka Pertumbuhan Industri di KEK Sei Mangkei dan Kawasan Industri Kuala Tanjung” di Graha Medan.
Acara ini mempertemukan para pemangku
kepentingan utama di sektor logistik dan industri. Hadir jajaran manajemen
Pelindo Group wilayah Sumatera Utara, serta perwakilan dari PT Kereta Api
Indonesia (Divre 1 Sumut), PT Kawasan Industri Nusantara, pengelola Dry Port
KEK Sei Mangkei, Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder
Indonesia (ALFI) Sumut, DPC Organda Sumatera Utara, hingga DPD Organda.
Pelabuhan Kuala Tanjung dipandang
sebagai salah satu proyek strategis nasional yang akan menjadi pintu masuk dan
keluar logistik di barat Indonesia. Dengan lokasi strategis menghadap Selat
Malaka jalur pelayaran internasional tersibuk di dunia, pelabuhan ini disiapkan
sebagai hub perdagangan global, sekaligus penopang utama bagi Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Kawasan Industri Kuala Tanjung.
Sei Mangkei sendiri telah ditetapkan
sebagai KEK dan kehadiran pelabuhan dengan kapasitas besar di Kuala Tanjung
akan memangkas biaya logistik, mempercepat proses ekspor, dan memberi nilai
tambah bagi produk industri nasional.
“Dengan adanya pertumbuhan di KEK Sei
Mangkei dan Kawasan industri Kuala Tanjung maka Pelabuhan kuala Tanjung harus
segera melalukan persiapan untuk optimalisasinya,’ ujar Executive Director 1
Regional 1, Jonedi Ramli.
Plt. Direktur Utama PT Prima Multi
Terminal, Rudi Susanto menyampaikan berdasarkan prospek market, maka akan ada
pertumbuhan signifikan di PMT Terminal Kuala Tanjung, tidak hanya kontainer
namun juga non kontainer.
“Berdasarkan analisa pasar maka akan ada
pertumbuhan signifikan di Pelabuhan Kuala Tanjung. Saat ini kapsitas yang
tersedia masih dapat menampung pertumbuhan tersebut,” ungkap Rudi.
Salah satu fokus diskusi adalah
konektivitas antarmoda. Kehadiran PT KAI Divre 1 Sumut, pengelola transportasi
darat, dan pengelola Dry Port Sei Mangkei mencerminkan pentingnya integrasi
antara pelabuhan dengan jalur kereta api dan transportasi darat.
Dengan sistem logistik terintegrasi,
arus barang dari pusat industri ke pelabuhan akan lebih cepat dan efisien.
Ketua DPW ALFI Sumut, Surianto, juga
menekankan bahwa kesiapan infrastruktur harus dibarengi dengan kepastian
layanan. Menurutnya, kepastian jadwal kapal, keandalan layanan bongkar muat,
dan tarif kompetitif akan menentukan seberapa besar industri memanfaatkan Kuala
Tanjung.
FGD ini tidak hanya menjadi ruang
koordinasi, tetapi juga forum strategis untuk menyamakan persepsi. Operator
pelabuhan, pengelola kawasan industri, asosiasi transportasi, hingga pelaku
logistik membahas berbagai kebutuhan layanan, peluang investasi, serta strategi
memperkuat rantai pasok di Sumatera Utara.
Dengan meningkatnya aktivitas industri
di Sei Mangkei dan Kuala Tanjung, kebutuhan layanan logistik diperkirakan terus
bertumbuh. Oleh karena itu, sinergi multipihak dipandang penting agar pelabuhan
mampu memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan kawasan.
Dalam jangka panjang, keberhasilan Kuala
Tanjung sebagai pelabuhan modern akan memberi dampak berganda. Selain mendukung
daya saing industri, pelabuhan ini diharapkan menarik investasi baru, membuka
lapangan kerja, dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi regional. Pelindo
menegaskan kembali komitmennya untuk memastikan kesiapan infrastruktur,
layanan, dan koordinasi lintas sektor.
Dengan langkah tersebut, Kuala Tanjung dan
Sei Mangkei diharapkan menjadi pusat pertumbuhan industri baru di Sumatera
Utara sekaligus menguatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
(Redaksi ISL News/Corcom PMT).