Pertumbuhan penyaluran kredit yang menurut di 2016 menandakan bank belum optimal menjalankan fungsi intermediari. |
Pertumbuhan penyaluran kredit sepanjang tahun 2016 lalu mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year on year). Pertumbuhan itu hanya sekitar 7,9%, sedangkan di tahun 2015 sebesar 10,1%.
Kondisi ini dikarenakan dunia perbankan tanah air lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini dikarenakan ketidakpastian kondisi ekonomi tanah air sebagai imbas dari kondisi global.
Sepanjang tahun 2016, lima dari sepuluh bank besar mencatatkan pertumbuhan kredit yang kurang agresif. Kelima bank itu antara lain, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII), PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN), dan PT Bank Danamonn Tbk (BDMN). Meskipun terlihat lesu dalam menyalurkan kredit, namun dari laporan keuangan mereka laba bersih malah melonjok signifikan.
Kondisi perekonomian yang belum stabil itu juga disikapi hati-hati oleh perbankan. Seperti diutarakan Direktur Keuangan BTN (Bank Tabungan Negara) Imam Nugraha Soeko, kondisi perekonomian yang bisa dikatakan dalam tahap pemulihan ini membuat dunia perbankan bersikap hati-hati dalam menyalurkan kredit. Ia menandaskan, bank harus lebih prudent agar bisa menjaga kinerjanya.
Hal serupa juga diutarakan Presiden Direkur BCA, Jahja Setiaatmadja. Bahkan, karena kehati-hatiannya, perseroan yang dia pimpin tidak dapat memenuhi ketentuan LFR (Loan to Funding Ration) Bank Indonesia sebesar 80%, LFR BCA sampai akhir tahun lalu hanya sebesar 77,1%. Dengan demikian, BCA harus membayar penalti dengan menambah porsi Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak 0,29% dikalikan total Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah.
LFR dibawah ketentuan BI itu bisa dikatakan fungsi intermediasi bank kurang optimal. Hal itu dikarenakan jumlah dana yang dihimpun lebih banyak daripada jumlah kredit yang disalurkan.
Hal itu dilakukan BCA karena bila mereka memaksakan untuk meningkatkan penyaluran kredit dan malah potensi macetnya besa, maka akan berdampak luas kepada perseroan.
Selama tahun lalu, bank cenderung mengalihkan dananya SBI karena yield-nya yang atraktif dan risikonya kecil.