
JAKARTA TANJUNG PRIOK (ISL News) – Pagi hari ini, Jumat 18 Juli 2025, jam 09.40 - 11.05 wib bertempat di dermaga 114 Pelabuhan Tanjung Priok berlangung pelepasan ekspor milik PT. Tata Metal Lestari dan PT.Krakatau Steel tujuan ke Amerika Serikat. Pelepasan ekspor tersebut dilakukan oleh Menperin RI, Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita MSi.
Direktur
Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, menyampaikan bahwa perusahaannya, PT
Krakatau Steel, terus menunjukkan kinerja positif dan memperkuat langkah
transformasi melalui ekspansi global dan kemitraan strategis. Di pertengahan
Juli 2025, Krakatau Steel melalui anak usahanya PT Krakatau Baja Industri dan
PT Tata Metal Lestari siap mengekspor 10.000 ton baja ke Amerika Serikat.
“Ekspor
tersebut menjadi bagian dari serangkaian kesepakatan strategis yang dilakukan
perusahaan sejak Maret 2025. Termasuk di antaranya penandatanganan nota
kesepahaman dengan Delong Steel Group dan kerja sama bersama Xiamen ITG Group
Co., Ltd. serta PT Dexin Steel Indonesia dalam ajang BRICS Innovation Base
Industry Project Matchmaking Meeting di Beijing, China,” Ujarnya.
Selain
itu, lanjutnya, Krakatau Steel juga menjalin kerja sama dagang dengan Tatarstan
Trade House di Rusia dan telah mengekspor 2.400 ton baja ke Polandia. "Ini
bukti bahwa transformasi dan restrukturisasi yang dilakukan membawa dampak
nyata. Krakatau Steel mendapat kepercayaan penuh dari pemangku kepentingan,
tercermin dari kenaikan harga saham yang tidak hanya menunjukkan kinerja
keuangan, tetapi juga kepercayaan publik dan investor,” Ungkapnya.
Menteri
Petindustrian, Dr Agus Gumiwang Kartasasmita MSi, menyampaikan apresiasi yang
luar biasa besar pada Krakatau grup yang hari ini kembali mengirim produk
pelepasan ekspor produk ke Amerika
Serikat.
“Tentu
ini merupakan sebuah kebanggaan bagi kita semua. Secara umum akan saya
sampaikan sedikit saja berkaitan dengan
kinerja manufaktur, saya tidak akan bicara mengenai kinerja Manufacturing United Indonesia yang sangat
baik berdasarkan rangking kinerja dan
saya tidak akan bicara mengenai kontribusi manufaktur terhadap
pertumbuhan ekonomi, saya hanya akan bicara berkaitan dengan kinerja manufaktur
di bidang ekspor,”ujarnya.
“Jadi
apa yang disampaikan oleh Pak Stefanus
memang suatu hal yang sampai pada hari ini merupakan realitas dari 4
mesin perekonomian dari tiganya masih kita lihat ada perlambatan tetapi kalau
kita lihat mesin ekonomi yang sangat penting yaitu ekspor ini justru dalam
data statistiknya mencatat kinerja yang
cukup baik,” Ujarnya.
Disampaikan
Menperin, para pelaku industri nasional sangat mengapresiasi capaian Bapak
Presiden Prabowo dalam upaya merundingkan kembali tarif impor Indonesia ke
Amerika. Ini merupakan bukti nyata dari kepemimpinan beliau dalam
memperjuangkan kepentingan industri dalam negeri di kancah global.
“Bahkan,
berkat kepiawaian Presiden Prabowo dalam bernegosiasi, Indonesia berhasil
memperoleh tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara-negara
pesaing. Hal ini menjadi modal penting bagi peningkatan daya saing industri
nasional. Kesepakatan ini akan menggairahkan sektor manufaktur Indonesia karena
pintu ekspor ke Amerika kembali terbuka lebih luas lagi. Selain itu,
kesepakatan ini juga akan meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia
di pasar ekspor terutama di pasar Amerika,” ujarnya.
“Keputusan
Amerika untuk menurunkan atau menyesuaikan tarif terhadap sejumlah komoditas
ekspor manufaktur Indonesia tentu akan meningkatkan daya saing produk kita di
pasar mereka. Ini akan berdampak langsung terhadap industri terutama utilisasi,
penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional,” jelasnya.
Dalam
skema rantai produksi, saat ini rasio output sektor manufaktur Indonesia untuk
tujuan pasar ekspor dan domestik adalah 20:80. Artinya, sebesar 20 persen
output produk manufaktur Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. Sisanya, 80
persen mengisi permintaan di pasar domestik. “Dari total 20 persen output
produk manufaktur yang berorientasi ekspor tersebut, sebagian dijual ke pasar
Amerika.
Sepanjang
tahun 2024, nilai ekspor produk Indonesia ke Amerika Serikat mencapai USD26,31
miliar atau sekitar 9,94 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia (USD264,70
miliar). Untuk tingkat utilisasi industri Indonesia pada 2024 juga dicatat
sebesar 65,3 persen, yang menandakan ruang utilisasi produksi yang bisa
ditingkatkan industri lebih tinggi lagi guna merespons permintaan positif pasar
ekspor Amerika paska kesepakatan tarif,” jelasnya.
Indonesia
mencatat surplus neraca perdagangan dengan Amerika sebesar USD14,34 miliar,
yang menyumbang 46,2 persen dari total surplus perdagangan Indonesia pada tahun
tersebut. “Pengumuman kesepakatan tarif impor Amerika ini diyakini akan
menggairahkan industri untuk meningkatkan utilisasi produksi terutama utilisasi
industri padat karya yang berorientasi ekspor. Tentunya, hal ini akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja lebih luas lagi pada industri padat karya
seperti industri tekstil, produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan lainnya.
Di
lain sisi, pelaku industri di Indonesia terutama sektor padat karya, juga
mengapresiasi telah disepakati secara politik perjanjian dagang
Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement
(IEU-CEPA). Perjanjian dagang ini juga dinilai sangat dinanti dan diapresiasi
oleh pelaku industri karena akan membuka hambatan ekspor yang selama ini
dihadapi oleh produk manufaktur Indonesia. Perjanjian IEU-CEPA ini diyakini
yang akan membuka akses pasar ekspor Indonesia ke kawasan Eropa secara lebih
luas dan kompetitif.
Presiden
Prabowo telah mencapai kesepakatan untuk penyelesaian perjanjian dagang
IEU-CEPA. Perjanjian ini sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh industri
manufaktur agar dapat menjual produknya di pasar Eropa serta meningkatkan daya
saing produk manufaktur.
Kinerja
manufaktur Indonesia sedikit melemah pada bulan Juni 2025. Pelemahan ini
ditunjukkan oleh menurunnya PMI bulan Juni sebesar 0,5 dari 47,4 bulan Mei
menjadi 46,9 pada Juni 2025. “Dua faktor yang menyebabkan PMI Indonesia pada
Juni 2025 masih kontraksi dan menurun dibanding bulan Mei 2025 yakni, pertama
perusahaan industri masih menunggu kebijakan pro bisnis, dan kedua pelemahan
permintaan pasar ekspor dan pasar domestik serta penurunan daya beli di
Indonesia.
Penekanan
Tombol
Pelepasan ekpor ditandai dengan penekanan tombol , pada pukul 10.30 wib penekanan tombol tanda pelepasan ekspor oleh Menteri Perindustrian, didampingi : 1) Chief Executive Officer Tata logam Group Jarryanto Rismono Koeswandi. 2) Chief Finansial Officer Tatalogam Group Wulani Wi hardjono. 3) Vice President PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi. 4) Direktur Jenderal Ilmate Kementrian Perindustrian Setia Diarra. 5) Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Indra Hidayat Sani. 6) Direktur Utama PT Krakatau Steel Muhammad Akbar Djohan. 7) Direktur Utama PT Krakatau Baja Industri Arief Purnomo. 8) Direktur Operasi PT Krakatau Steel Utomo Nugroho.
Acara
dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dan foto bersama, serta peninjauan
lapangan barang-barang yang akan
diekspor.
(S.
Apwira/Redaksi ISL News/email:islnewstv@gmail.com).