Iklan Top Header PT BKI (Persero)


 

terkini

Pelabuhan Tanjung Priok Fasilitasi Pelepasan Ekspor 10.000 Ton Baja melalui Demaga 114

18/07/25, 14:40 WIB Last Updated 2025-07-18T07:41:32Z


JAKARTA TANJUNG PRIOK (ISL News)
– Pagi hari ini, Jumat 18 Juli 2025, jam 09.40 - 11.05 wib bertempat di dermaga 114 Pelabuhan Tanjung Priok berlangung pelepasan ekspor milik  PT. Tata Metal Lestari dan PT.Krakatau Steel tujuan ke Amerika Serikat. Pelepasan ekspor tersebut dilakukan oleh Menperin RI, Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita MSi.


Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, menyampaikan bahwa perusahaannya, PT Krakatau Steel, terus menunjukkan kinerja positif dan memperkuat langkah transformasi melalui ekspansi global dan kemitraan strategis. Di pertengahan Juli 2025, Krakatau Steel melalui anak usahanya PT Krakatau Baja Industri dan PT Tata Metal Lestari siap mengekspor 10.000 ton baja ke Amerika Serikat.


“Ekspor tersebut menjadi bagian dari serangkaian kesepakatan strategis yang dilakukan perusahaan sejak Maret 2025. Termasuk di antaranya penandatanganan nota kesepahaman dengan Delong Steel Group dan kerja sama bersama Xiamen ITG Group Co., Ltd. serta PT Dexin Steel Indonesia dalam ajang BRICS Innovation Base Industry Project Matchmaking Meeting di Beijing, China,” Ujarnya.


Selain itu, lanjutnya, Krakatau Steel juga menjalin kerja sama dagang dengan Tatarstan Trade House di Rusia dan telah mengekspor 2.400 ton baja ke Polandia. "Ini bukti bahwa transformasi dan restrukturisasi yang dilakukan membawa dampak nyata. Krakatau Steel mendapat kepercayaan penuh dari pemangku kepentingan, tercermin dari kenaikan harga saham yang tidak hanya menunjukkan kinerja keuangan, tetapi juga kepercayaan publik dan investor,” Ungkapnya.


Menteri Petindustrian, Dr Agus Gumiwang Kartasasmita MSi, menyampaikan apresiasi yang luar biasa besar pada Krakatau grup yang hari ini kembali mengirim produk pelepasan ekspor  produk ke Amerika Serikat.


“Tentu ini merupakan sebuah kebanggaan bagi kita semua. Secara umum akan saya sampaikan  sedikit saja berkaitan dengan kinerja manufaktur, saya tidak akan bicara mengenai kinerja  Manufacturing United Indonesia yang sangat baik berdasarkan rangking kinerja dan  saya tidak akan bicara mengenai kontribusi manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi, saya hanya akan bicara berkaitan dengan kinerja manufaktur di bidang ekspor,”ujarnya.


“Jadi apa yang disampaikan oleh Pak Stefanus  memang suatu hal yang sampai pada hari ini merupakan realitas dari 4 mesin perekonomian dari tiganya masih kita lihat ada perlambatan tetapi kalau kita lihat mesin ekonomi yang sangat penting yaitu ekspor ini justru dalam data  statistiknya mencatat kinerja yang cukup baik,” Ujarnya.


Disampaikan Menperin, para pelaku industri nasional sangat mengapresiasi capaian Bapak Presiden Prabowo dalam upaya merundingkan kembali tarif impor Indonesia ke Amerika. Ini merupakan bukti nyata dari kepemimpinan beliau dalam memperjuangkan kepentingan industri dalam negeri di kancah global.


“Bahkan, berkat kepiawaian Presiden Prabowo dalam bernegosiasi, Indonesia berhasil memperoleh tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Hal ini menjadi modal penting bagi peningkatan daya saing industri nasional. Kesepakatan ini akan menggairahkan sektor manufaktur Indonesia karena pintu ekspor ke Amerika kembali terbuka lebih luas lagi. Selain itu, kesepakatan ini juga akan meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar ekspor terutama di pasar Amerika,” ujarnya. 


“Keputusan Amerika untuk menurunkan atau menyesuaikan tarif terhadap sejumlah komoditas ekspor manufaktur Indonesia tentu akan meningkatkan daya saing produk kita di pasar mereka. Ini akan berdampak langsung terhadap industri terutama utilisasi, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional,” jelasnya.


Dalam skema rantai produksi, saat ini rasio output sektor manufaktur Indonesia untuk tujuan pasar ekspor dan domestik adalah 20:80. Artinya, sebesar 20 persen output produk manufaktur Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. Sisanya, 80 persen mengisi permintaan di pasar domestik. “Dari total 20 persen output produk manufaktur yang berorientasi ekspor tersebut, sebagian dijual ke pasar Amerika.


Sepanjang tahun 2024, nilai ekspor produk Indonesia ke Amerika Serikat mencapai USD26,31 miliar atau sekitar 9,94 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia (USD264,70 miliar). Untuk tingkat utilisasi industri Indonesia pada 2024 juga dicatat sebesar 65,3 persen, yang menandakan ruang utilisasi produksi yang bisa ditingkatkan industri lebih tinggi lagi guna merespons permintaan positif pasar ekspor Amerika paska kesepakatan tarif,” jelasnya.


Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan Amerika sebesar USD14,34 miliar, yang menyumbang 46,2 persen dari total surplus perdagangan Indonesia pada tahun tersebut. “Pengumuman kesepakatan tarif impor Amerika ini diyakini akan menggairahkan industri untuk meningkatkan utilisasi produksi terutama utilisasi industri padat karya yang berorientasi ekspor. Tentunya, hal ini akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lebih luas lagi pada industri padat karya seperti industri tekstil, produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan lainnya.


Di lain sisi, pelaku industri di Indonesia terutama sektor padat karya, juga mengapresiasi telah disepakati secara politik perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian dagang ini juga dinilai sangat dinanti dan diapresiasi oleh pelaku industri karena akan membuka hambatan ekspor yang selama ini dihadapi oleh produk manufaktur Indonesia. Perjanjian IEU-CEPA ini diyakini yang akan membuka akses pasar ekspor Indonesia ke kawasan Eropa secara lebih luas dan kompetitif.


Presiden Prabowo telah mencapai kesepakatan untuk penyelesaian perjanjian dagang IEU-CEPA. Perjanjian ini sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh industri manufaktur agar dapat menjual produknya di pasar Eropa serta meningkatkan daya saing produk manufaktur.


Kinerja manufaktur Indonesia sedikit melemah pada bulan Juni 2025. Pelemahan ini ditunjukkan oleh menurunnya PMI bulan Juni sebesar 0,5 dari 47,4 bulan Mei menjadi 46,9 pada Juni 2025. “Dua faktor yang menyebabkan PMI Indonesia pada Juni 2025 masih kontraksi dan menurun dibanding bulan Mei 2025 yakni, pertama perusahaan industri masih menunggu kebijakan pro bisnis, dan kedua pelemahan permintaan pasar ekspor dan pasar domestik serta penurunan daya beli di Indonesia.

 

Penekanan Tombol

Pelepasan ekpor ditandai dengan penekanan tombol , pada pukul 10.30 wib penekanan tombol tanda pelepasan ekspor oleh Menteri Perindustrian, didampingi : 1) Chief Executive Officer Tata logam Group Jarryanto Rismono Koeswandi. 2) Chief Finansial Officer Tatalogam Group Wulani Wi hardjono. 3) Vice President PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi. 4) Direktur Jenderal Ilmate Kementrian Perindustrian Setia Diarra. 5) Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Indra Hidayat Sani. 6) Direktur Utama PT Krakatau Steel Muhammad Akbar Djohan. 7) Direktur Utama PT Krakatau Baja Industri Arief Purnomo. 8) Direktur Operasi PT Krakatau Steel Utomo Nugroho.

Acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dan foto bersama, serta peninjauan lapangan  barang-barang yang akan diekspor.

(S. Apwira/Redaksi ISL News/email:islnewstv@gmail.com).

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pelabuhan Tanjung Priok Fasilitasi Pelepasan Ekspor 10.000 Ton Baja melalui Demaga 114

Terkini

Topik Populer